Anda pernah melihat anak-anak bertengkar? Atau malah tiap hari melihatnya? Bagaimana cara mengatasi anak yang bertengkar?
Kadang lucu juga melihat anak-anak bertengkar, jadi ingat masa kecil, bertengkar dengan kakak atau adik, rebutan mainan, atau ketika sedang belajar diganggu sama adik, di ambil pensilnya, dsb. Tapi kalau anak-anak bertengkar sampai kelewat batas, ya orang tua mesti turun tangan, melihat mereka bertengkar jangan dibiarkan saja. Ada kalanya membiarkan mereka bertengkar, hingga akhirnya mereka baikan lagi, saling minta maaf dan kembali main bersama-sama lagi ada rasa senang. Ternyata anak-anak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, Bukan sedikit-sedikit mengadu ke orang tua, jadi anak cengeng, dsb.
Kakak dan adik berebut mainan, si adik sudah minta berulang kali tapi sama kakak tidak diberikan juga. Akhirnya si adik berujar, "Kakak, mba Ama sebel" (dengan mimik muka yang jengkel banget).
Kakak senyum-senyum saja mendengar kata adiknya, karena memang bermaksud menggodanya saja.
Aku yang melihatnya senyum-senyum juga, mba Ama sudah tahu rasa sebel, jengkel dsb. Akhirnya adik kakak baikan lagi, tanpa campur tangan saya.
Nah ketika menghadapi anak yang sedang bertengkar, apa yang seharusnya kita lakukan? Berikut ini beberapa tips mengatasi anak yang bertengkar:
1.Orang tua jangan membentak.
Ketika anak-anak bertengkar sebaiknya orangtua tidak membentak dan emosi pada mereka, bersikaplah sabar dan tenang ketika menghadapi pertengkaran diantara mereka. Karena emosi hanya akan menambah suasana hati anak menjadi lebih buruk.
2. Cari penyebab pertengkaran.
Pertengkaran anak misalnya dikarenakan mereka berebut mainan, alat tulis, buku cerita, tempat duduk atau yang lain, Anda bisa meminimalisir dengan menyediakan barang-barang tersebut dengan 2 buah atau lebih, dengan warna yang sama atau dengan gambar sesuai kesukaan/pilihannya masing-masing. Untuk buku cerita, bisa diajarkan saling tukaran atau bergantian meminjam.
3. Saling damai tentu lebih baik.
Ini bisa dilakukan dengan mengajarkan untuk selalu saling minta maaf, bersalaman dan setelah itu main bersama lagi.
4. Beri pujian.
Ketika anak-anak sudah akur kembali, sudah main bersama lagi berikan pujian. Seperti misalnya, Anda sangat menyayangi mereka, ayah dan ibu sangat senang melihat kebersamaan kalian dan tidak bertengkar lagi.
Untuk anak laki-laki dan perempuan, juga selisih umur antara adik dan kakak, jarak kelahiran antara adik dan kakak juga bisa menjadi penyebab pertengkaran. Biasanya anak yang jarak kelahirannya terpaut jauh dengan adiknya akan sangat sayang dengan adiknya, bersikap melindungi terhadap adiknya.
Sebaiknya orangtua bersikap saling menghormati dan menyayangi terhadap anggota keluarga yang lain, sehingga anak bisa belajar dari apa yang orangtua ajarkan pada mereka. Sebuah nasehat saja tidak cukup. Anak akan lebih mudah menerima jika melihat contoh nyata dari kedua orang tuanya.
Dengan adanya sikap saling menghormati dan menyayangi di antara anggota keluarga, diharapkan perselisihan atau pertengkaran dapat dihindari atau setidaknya dikurangi.
Semoga bermanfaat!
*Artikel bukan dimaksudkan untuk menggurui, aku juga masih belajar jadi orang tua.
Tips-tips yang lain bisa Anda baca disini.
Kadang lucu juga melihat anak-anak bertengkar, jadi ingat masa kecil, bertengkar dengan kakak atau adik, rebutan mainan, atau ketika sedang belajar diganggu sama adik, di ambil pensilnya, dsb. Tapi kalau anak-anak bertengkar sampai kelewat batas, ya orang tua mesti turun tangan, melihat mereka bertengkar jangan dibiarkan saja. Ada kalanya membiarkan mereka bertengkar, hingga akhirnya mereka baikan lagi, saling minta maaf dan kembali main bersama-sama lagi ada rasa senang. Ternyata anak-anak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, Bukan sedikit-sedikit mengadu ke orang tua, jadi anak cengeng, dsb.
Kakak dan adik berebut mainan, si adik sudah minta berulang kali tapi sama kakak tidak diberikan juga. Akhirnya si adik berujar, "Kakak, mba Ama sebel" (dengan mimik muka yang jengkel banget).
Kakak senyum-senyum saja mendengar kata adiknya, karena memang bermaksud menggodanya saja.
Aku yang melihatnya senyum-senyum juga, mba Ama sudah tahu rasa sebel, jengkel dsb. Akhirnya adik kakak baikan lagi, tanpa campur tangan saya.
Nah ketika menghadapi anak yang sedang bertengkar, apa yang seharusnya kita lakukan? Berikut ini beberapa tips mengatasi anak yang bertengkar:
1.Orang tua jangan membentak.
Ketika anak-anak bertengkar sebaiknya orangtua tidak membentak dan emosi pada mereka, bersikaplah sabar dan tenang ketika menghadapi pertengkaran diantara mereka. Karena emosi hanya akan menambah suasana hati anak menjadi lebih buruk.
2. Cari penyebab pertengkaran.
Pertengkaran anak misalnya dikarenakan mereka berebut mainan, alat tulis, buku cerita, tempat duduk atau yang lain, Anda bisa meminimalisir dengan menyediakan barang-barang tersebut dengan 2 buah atau lebih, dengan warna yang sama atau dengan gambar sesuai kesukaan/pilihannya masing-masing. Untuk buku cerita, bisa diajarkan saling tukaran atau bergantian meminjam.
3. Saling damai tentu lebih baik.
Ini bisa dilakukan dengan mengajarkan untuk selalu saling minta maaf, bersalaman dan setelah itu main bersama lagi.
4. Beri pujian.
Ketika anak-anak sudah akur kembali, sudah main bersama lagi berikan pujian. Seperti misalnya, Anda sangat menyayangi mereka, ayah dan ibu sangat senang melihat kebersamaan kalian dan tidak bertengkar lagi.
Untuk anak laki-laki dan perempuan, juga selisih umur antara adik dan kakak, jarak kelahiran antara adik dan kakak juga bisa menjadi penyebab pertengkaran. Biasanya anak yang jarak kelahirannya terpaut jauh dengan adiknya akan sangat sayang dengan adiknya, bersikap melindungi terhadap adiknya.
Sebaiknya orangtua bersikap saling menghormati dan menyayangi terhadap anggota keluarga yang lain, sehingga anak bisa belajar dari apa yang orangtua ajarkan pada mereka. Sebuah nasehat saja tidak cukup. Anak akan lebih mudah menerima jika melihat contoh nyata dari kedua orang tuanya.
Dengan adanya sikap saling menghormati dan menyayangi di antara anggota keluarga, diharapkan perselisihan atau pertengkaran dapat dihindari atau setidaknya dikurangi.
Semoga bermanfaat!
*Artikel bukan dimaksudkan untuk menggurui, aku juga masih belajar jadi orang tua.
Tips-tips yang lain bisa Anda baca disini.
Wuih..lengkap banget ni mbak tipsnya :D
ReplyDeleteSaya sih belum punya anak, tapi lumayan lah buat nambah2 ilmu, apalagi kalo punya anak nanti, hihiih... :D
wewwww ternyata ada tipsnya juga yooo... semoga bisa menjadi pelajaran nanti
ReplyDeletewew... pasti tidak sesederhana keliatannya yah... ehehehehe,,,,
ReplyDeletesalam ^_^
huufftt bagian realisasinya nih yang paling susah :)
ReplyDeletekalo saya dulu, diancem pake sabuk baru diem. hahaha...
ReplyDeletemiliter banget yah?. maklum eyang saya dua-duanya ABRI.
Terima kasih tipsnya
ReplyDeleteyACH LAW teori enak xmongx....
ReplyDeletepraktekx itu yang susah......
cozx q dah pengalaman hehehe...