Kemarin ada teman yang bertanya bagaimana menghadapi anak-anak yang takut pada suara keras? Semoga artikel singkat ini bisa membantu.
Rasa takut pada anak-anak adalah alamiah. Pada anak batita ( di bawah 3 tahun) karena rasa takutnya masih minim, kadang berlaku nekat. Baru ketika usia diatas 3 tahun, rasa takut tumbuh dengan sendirinya. Namun jika rasa takutnya tidak terkendali, bisa saja menghambat aktifitas dan proses tumbuh kembang anak.
Berikut ini beberapa rasa takut yang biasa terjadi pada anak
1. Takut suara keras
Suara kereta api, klakson mobil, vacuum cleaner, bahkan blender bisa menjadi sumber ketakutan anak sebab dia belum pernah mendengar suara keras tadi sebelumnya. Mungkin anak memang jarang keluar rumah dan kondisi lingkungan rumahnya sangat sepi. Atau bisa juga segala peralatan superbising itu tidak ada di rumahnya.
Cara mengatasi:
Hampiri anak dan usap-usap pundaknya. "Kakak tadi takut sama suara keras dari klakson mobil, ya? Klakson berbunyi untuk memperingatkan Bunda agar tidak menyeberang dahulu karena mobil itu mau lewat." Contoh lain, seperti yang aku lakukan, ketika mau menyalakan blender, ajak anak (tetap dalam pengawasan kita), beri pengertian bahwa itu suatu proses menghaluskan makanan sehingga mengeluarkan bunyi/suara keras. Alhamdulillah sekarang si kecil sudah tidak takut lagi dengan suara blender.
Setelah diberi penjelasan atau terbiasa, ketakutan anak akan menghilang dengan sendirinya.
Pengecualian:
Takut pada suara petir adalah wajar. Jangankan balita, anak usia sekolah bahkan orang dewasa pun takut mendengarnya. Penjelasan orangtua tidak akan mampu menghilangkan ketakutan. Jadi, tetap tenangkan anak saat suara itu bergelegar.
Waspadai Jika:
Bila anak terlalu berlebihan merespons suara-suara keras, penjelasan, pengenalan, dan pembiasaan orangtua terlihat tidak ada gunanya. Ketakutan itu terlihat menetap pada diri anak. Dia tetap lari terbirit-birit atau menjerit begitu suara yang sebenarnya tidak asing lagi didengarnya. Ada kemungkinan anak mengalami hipersensitif pada suara. Perlu terapi yang tepat untuk menghilangkannya.
2. Ketakutan yang lain
Misalnya, takut pergi sekolah, takut badut, takut gelap, takut dokter, takut binatang seperti kecoa dan sebagainya.
Anak yang takut sekolah biasanya terjadi ketika pertama kali sekolah dan juga biasanya usia TK kebawah. Bisa juga terjadi ketika harus pindah sekolah dengan bahasa pengantar yang berbeda, misalnya ikut orang tuanya yang dapat tugas atau harus bekerja ke LN. Tentu anak-anak butuh adaptasi lagi.
Kadang orang tua salah dalam memberikan pengertian ke anak. Misalnya ketika meminta anaknya agar berhenti menangis, dengan mengatakan awas ada badut loh. Nah ketika ada badut beneran di acara pemeran misalnya, si anak ketakutan. Padahal teman yang lainnya bersalaman atau bahkan photo bareng badut tersebut. Reaksi anak-anak yang ketakutan tentu berbeda-beda, ada yang menangis, menjerit-jerit, sembunyi dan lain-lain.
Anak-anak merasa takut kadang timbul dari apa yang dia lihat. Misalnya ibu menjerit histeris dan melompat ketika melihat seekor kecoa. Mungkin itu reaksi kaget, tapi bagi anak itu bisa saja menimbulkan rasa ketakutan.
Ketakutan seorang anak pada dokter rasanya semua anak mengalami. Entah itu pada jarum suntiknya, pada obat, pada darah atau yang lainnya. Berikan pengertian yang benar, betapa pentingnya pergi ke dokter untuk berobat atau untuk pemeriksaan rutin, seperti periksa gigi misalnya.
Tindakan orang tua dalam memberikan pengertian ke anak yang salah tentu tidak baik, karena dapat mempengaruhi aktivitas anak juga dapat merusak pikiran dan jiwa anak, menghambat proses tumbuh kembang anak.
Orangtua bijaksana tentu tidak akan membiarkan anak terus-menerus merasakan ketakutan pada suatu hal. Untuk membantu anak mengatasi rasa takut tersebut, maka para orangtua dapat melakukan sikap empati dan mendukung. Sikap empati dapat ditunjukkan orangtua dengan cara memahami dan memandang hal tersebut dari sudut pandang anak. Bantulah anak memahami apa yang sedang ia alami atau rasakan saat itu. Berikanlah kesempatan kepada anak untuk membicarakan apa yang sedang ia rasakan atau alami tersebut. Berikanlah juga penjelasan dan yakinkanlah dengan bijak kepadanya bahwa yang ditakutkannya tersebut tidak benar. Apabila rasa takutnya berlebihan, segera hubungi psikolog Anda.
Mudah-mudahan bermanfaat!
tags: anak takut suara keras, menghadapi anak yang ketakutan, memberi solusi pada anak yang ketakutan.
Baca juga:
Masa pertumbuhan gigi.
Atasi gigi gerigis pada anak.
Mama, aku takut!
Kiat memahami anak.
Rasa takut pada anak-anak adalah alamiah. Pada anak batita ( di bawah 3 tahun) karena rasa takutnya masih minim, kadang berlaku nekat. Baru ketika usia diatas 3 tahun, rasa takut tumbuh dengan sendirinya. Namun jika rasa takutnya tidak terkendali, bisa saja menghambat aktifitas dan proses tumbuh kembang anak.
Berikut ini beberapa rasa takut yang biasa terjadi pada anak
1. Takut suara keras
Suara kereta api, klakson mobil, vacuum cleaner, bahkan blender bisa menjadi sumber ketakutan anak sebab dia belum pernah mendengar suara keras tadi sebelumnya. Mungkin anak memang jarang keluar rumah dan kondisi lingkungan rumahnya sangat sepi. Atau bisa juga segala peralatan superbising itu tidak ada di rumahnya.
Cara mengatasi:
Hampiri anak dan usap-usap pundaknya. "Kakak tadi takut sama suara keras dari klakson mobil, ya? Klakson berbunyi untuk memperingatkan Bunda agar tidak menyeberang dahulu karena mobil itu mau lewat." Contoh lain, seperti yang aku lakukan, ketika mau menyalakan blender, ajak anak (tetap dalam pengawasan kita), beri pengertian bahwa itu suatu proses menghaluskan makanan sehingga mengeluarkan bunyi/suara keras. Alhamdulillah sekarang si kecil sudah tidak takut lagi dengan suara blender.
Setelah diberi penjelasan atau terbiasa, ketakutan anak akan menghilang dengan sendirinya.
Pengecualian:
Takut pada suara petir adalah wajar. Jangankan balita, anak usia sekolah bahkan orang dewasa pun takut mendengarnya. Penjelasan orangtua tidak akan mampu menghilangkan ketakutan. Jadi, tetap tenangkan anak saat suara itu bergelegar.
Waspadai Jika:
Bila anak terlalu berlebihan merespons suara-suara keras, penjelasan, pengenalan, dan pembiasaan orangtua terlihat tidak ada gunanya. Ketakutan itu terlihat menetap pada diri anak. Dia tetap lari terbirit-birit atau menjerit begitu suara yang sebenarnya tidak asing lagi didengarnya. Ada kemungkinan anak mengalami hipersensitif pada suara. Perlu terapi yang tepat untuk menghilangkannya.
2. Ketakutan yang lain
Misalnya, takut pergi sekolah, takut badut, takut gelap, takut dokter, takut binatang seperti kecoa dan sebagainya.
Anak yang takut sekolah biasanya terjadi ketika pertama kali sekolah dan juga biasanya usia TK kebawah. Bisa juga terjadi ketika harus pindah sekolah dengan bahasa pengantar yang berbeda, misalnya ikut orang tuanya yang dapat tugas atau harus bekerja ke LN. Tentu anak-anak butuh adaptasi lagi.
Kadang orang tua salah dalam memberikan pengertian ke anak. Misalnya ketika meminta anaknya agar berhenti menangis, dengan mengatakan awas ada badut loh. Nah ketika ada badut beneran di acara pemeran misalnya, si anak ketakutan. Padahal teman yang lainnya bersalaman atau bahkan photo bareng badut tersebut. Reaksi anak-anak yang ketakutan tentu berbeda-beda, ada yang menangis, menjerit-jerit, sembunyi dan lain-lain.
Anak-anak merasa takut kadang timbul dari apa yang dia lihat. Misalnya ibu menjerit histeris dan melompat ketika melihat seekor kecoa. Mungkin itu reaksi kaget, tapi bagi anak itu bisa saja menimbulkan rasa ketakutan.
Ketakutan seorang anak pada dokter rasanya semua anak mengalami. Entah itu pada jarum suntiknya, pada obat, pada darah atau yang lainnya. Berikan pengertian yang benar, betapa pentingnya pergi ke dokter untuk berobat atau untuk pemeriksaan rutin, seperti periksa gigi misalnya.
Tindakan orang tua dalam memberikan pengertian ke anak yang salah tentu tidak baik, karena dapat mempengaruhi aktivitas anak juga dapat merusak pikiran dan jiwa anak, menghambat proses tumbuh kembang anak.
Orangtua bijaksana tentu tidak akan membiarkan anak terus-menerus merasakan ketakutan pada suatu hal. Untuk membantu anak mengatasi rasa takut tersebut, maka para orangtua dapat melakukan sikap empati dan mendukung. Sikap empati dapat ditunjukkan orangtua dengan cara memahami dan memandang hal tersebut dari sudut pandang anak. Bantulah anak memahami apa yang sedang ia alami atau rasakan saat itu. Berikanlah kesempatan kepada anak untuk membicarakan apa yang sedang ia rasakan atau alami tersebut. Berikanlah juga penjelasan dan yakinkanlah dengan bijak kepadanya bahwa yang ditakutkannya tersebut tidak benar. Apabila rasa takutnya berlebihan, segera hubungi psikolog Anda.
Mudah-mudahan bermanfaat!
tags: anak takut suara keras, menghadapi anak yang ketakutan, memberi solusi pada anak yang ketakutan.
Baca juga:
Masa pertumbuhan gigi.
Atasi gigi gerigis pada anak.
Mama, aku takut!
Kiat memahami anak.
PertamaX sudah diamankan...
ReplyDeletedulu waktu kcil gue paling takut sama hantu. he.he.
maaf baru sempat berkunjung lagi nih. Terlalu nyibukin diri kali.
ReplyDeleteTerima kasih sekali nih atas resepnya. Si arka kebetulan agak penakut.
Salam hangat selalu :)
Makasih untuk sharingnya sobat...
ReplyDeleteintinya kita harus memberikan pengertian dan pemahaman dengan apa yg ditakutkan sama si anak. takut merupakan proses belajar dari si anak dlm menghadapi suatu kondisi/situasi sekitarnya atau lebih khususnya ke suatu objek tertentu.
ReplyDeletetips diatas sudah sangat bagus..:)
Tipsnya bermanfaat banget Mbak,
ReplyDeleteHanya karena orang tua supaya lebih mudah mengendalikan si anak, ditakut takuti dengan yang semestinya tidak harus ditakuti...
Kadang ketakutan itu bisa berlanjut sampai dewasa.
salam sobat
ReplyDeletewah mba,ganti tempelate ya,,
keren banget ,,
trims artikelnya sangat membantu mba,,
untuk mengatasi anak yg ketakutan.
bisa dipraktekkan.
makasih banyak atas artikelnya...
ReplyDeletekebetulan si Kecil di rumah memang agak penakut.
selamat sore sobat...
ReplyDeletemaaf baru berkunjung,cz baru ada ujian dskul,
ReplyDeletewaktu kecil kalau saya takutnya sama badut,^_^soalnya mukanya aneh bangets....
nice tips..
ReplyDeleteMantab Mbak Nar., ketakutan pada anak memang wajar tp kalo dibiarkan bisa mengganggu aktivitas mereka.
ReplyDeleteTipsnya oke banget layak dicoba nih...
makasih tipsnya sob,
ReplyDeletekalau keponakanku sich seringnya takut ma badut tapi kalau lihat diTV senang
Tips yang bermanfaat sekali, kadang saya kesulitan menenangkan anak saya akan ketakutan pada sesuatu!
ReplyDeleteanak anak boleh diajak ke gunung gak mba?
ReplyDeleteikutan wisata pegunungan yuk disini
http://aaslamdunk.blogspot.com/2010/01/wisata-gunung-telomoyo.html
Assalamualaikum...
ReplyDeletesebelumnya mau ngucapin makasih ini mbak atas komentnya..
Sip mbak tipsnya, jadi banyak belajar nie tentang dunia anak.. dan jadi pelajaran buat saya untuk mengasuh adek2 ponakan..
terimakasih mbak.
Biar anak gak penakut, JANGAN PERNAH DITAKUT-TAKUIT. Itu kuncinya..!!!
ReplyDeleteMaaf..maksudnya DITAKUT-TAKUTI. Salah ketik, hehehh
ReplyDeletebenar sekali, kalau saya paling takut sama ular...
ReplyDeletedari kecil memang harus diberikan motivasi supaya berani, terutama dengan hal-hal yg menakutkan si anak,thanx sharenya ya
ReplyDeletesalam.
ReplyDelete'Afwan baru sempat berkunjung lagi disini. Ini tampilan baru ya? Hijau... segar.
Syukron, jazaakillahu khoyron sharingnya ukh. Barusan disini hujan, krn jarang ya, anak anaa takut tu palagi dengar guntur...he2.
Macam-macam tingkah laku anak,kadangkala sampai kita lupa untuk mendidiknya bukan meracuninya dengan hal yang mengenakan di hari depan.
ReplyDeletemakasih ats infonya ya...
ReplyDeletesemoga brmanfaaf bwat si kecil...
amin.
o ya... minta ijin kopas artikelnya ya...
ReplyDeletemakasih sebelumnya...
@ s@ndhie, silakan.
ReplyDeletedatang untuk belajar menghadapi anak kecil,khususnya buat adek sndiri,biar nurut......^_^
ReplyDeletesekalian tuker link,link sahabat daf terpasang silahkan cek,linkback yach.....
ReplyDeletesalam sobat
ReplyDeletewah ternyata anak ada yg takut suara keras juga ya,,selain kaget atau terkejut.
siip banget mba infonya.
Salam kenal, saya langsung komeng.
ReplyDeletesaat kecil ditakut takuti, resiko tetap ketakutan bisa sampai dewasa
Wah aku dulu waktu kecil semangat sekolah, pas udah gede malah jadi males2an
ReplyDeleteWach makasih mbak narti atas infonya bisa diterapkan klo ntar punya momongan,slm sukses selalu...:D
ReplyDeleteTentu bermanfaat, Mb Narti. Rasa takut memang sering menghinggapi anak kita. Dan kini saya mendapat masukan bagus bagaimana cara mengatasinya. Thx...
ReplyDeleteTipsnya sangat bermanfaat Mbak. Orang tua atau pengasuh juga jangan sekali2 nakut2in anak...
ReplyDeleteSaya masih sering dengar, kalau anaknya nangis atau lagi ngga mau makan, ortu/pengasuhnya bilang,
"nanti ada polisi lho...nanti kesamber petir lho..."
blog walking today
ReplyDeletesalam kenal..
info yang bagus euy....bekal kalo nanti dah punya anak
wah persis anak aku umur 3.5 tahun juga penakut, makasih mbak tips nya sangat bermanfaat ...
ReplyDeleteinfo yg bermanfaat, thanks
ReplyDelete