Anak-anak adalah harapan bagi orangtua. Banyak orangtua sangat berharap pada anak-anak yang telah dibesarkannya. Namun, terkadang harapan itu tidak selalu tercapai karena anak yang telah dilahirkan tidak memberikan respons yang baik kepada orangtuanya.
Suka membantah misalnya. Biasanya sikap-sikap perlawanan tersebut mulai terlihat saat anak memasuki usia remaja. Remaja juga cenderung memiliki tingkah laku yang buruk dan berani melakukan pemberontakan kepada orangtua jika memiliki sesuatu keinginan yang tidak terpenuhi.
Masalah paling banyak yang dihadapi orangtua ketika si buah hati beranjak remaja adalah anak menjadi susah diatur dan selalu ingin memberontak. Bahkan, ada pula remaja yang bila tidak dituruti kemauannya, ulahnya jadi macam-macam.
Misalnya tidak sopan kepada orangtua, malas sekolah, diminta bantuan tidak mau membantu, paling parah adalah keluyuran sepanjang hari. Jika dinasihati, nasihat yang diberikan masuk telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Anak seperti ini tentu saja membuat bingung dan sedih kedua orangtua. Padahal, bagi orangtua, keberhasilan si remaja menjadi impian dan alangkah bahagianya jika mempunyai anak yang patuh, rajin, pandai, dan penurut.
Seorang psikolog anak menuturkan bahwa, "Masa remaja usia muda adalah usia paling rawan dalam kehidupan anak-anak. Salah mendidik, anak akan menjadi sosok yang angkuh, egois dan pemberontak."
Pada usia seperti ini, anak remaja sudah tentu tidak dapat dikerasi seperti dipukul atau dimarahi dengan kalimat kasar karena mereka akan melawan dan semakin menjadi-jadi. Tetapi, jika mereka dinasihati baik-baik pun tidak mau mendengar, malah jadi besar kepala.
Solusinya adalah mengetahui apa yang membuat mereka menjadi seperti itu. Karena biasanya, anak remaja usia muda sedikit tertutup kepada keluarga.
Masa remaja sebagai masa storm and stress, masa badai dan ketegangan, masa yang penuh pertentangan dan perlawanan, bertolak belakang dari masa kecil yang lebih aman dan lebih mudah diatur.
Anak remaja terkadang menjadi susah ditebak karena mereka selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya semata tanpa memikirkan dampaknya bagi orang di sekelilingnya.
Menurut penelitian, ternyata tidak semua remaja mengalami gejolak badai dan ketegangan, serta suka berontak. Ternyata jauh lebih banyak remaja yang dapat hidup damai dan merasa dekat dengan orangtua dan keluarganya. Hanya sekitar 15% yang mengalami kesukaran dalam penyesuaian diri.
Kebanyakan dari mereka yang mengalami kesulitan bersosialisasi karena sudah mempunyai kesulitan juga sebelumnya, seperti kesulitan pribadinya. Penyebab lain karena ada persoalan serius dalam keluarga dan lingkungan sosialnya. Dengan begitu, anak menjadi egois, pemberontak, dan selalu merasa orang lain tidak penting.
Permasalahan yang mencetus timbulnya pribadi seperti itu misalnya karena orangtua bercerai. Atau remaja mendapat lingkungan sosial yang tidak baik, misalnya terpaksa menjadi anggota geng yang hobi berkelahi atau mabuk-mabukan.
Tontonan TV yang sejak kecil sudah membanjiri mereka dengan agresivitas dan sikap arogan, juga ikut ambil bagian membentuk pribadi remaja. Permainan seperti Play Station dan sejenisnya yang sudah beredar dari dulu, juga ikut membentuk karakter anak menjadi anak-anak yang tertutup. Biasanya mereka tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Dr James Dobson dalam bukunya, Dare to Discipline, bahkan melihat lebih jauh lagi. Ia berpendapat kesukaran saat remaja adalah hasil didikan yang salah ketika remaja masih balita berumur antara 0-5 tahun.
Menurut dia, jika balita tidak pernah dilatih untuk menghargai orangtua dan belajar menolong, sukar diharapkan ia tumbuh jadi remaja ataupun orang dewasa yang sopan santun dan penolong.
Bahkan, bisa menjadi lebih buruk lagi, dia belajar untuk tidak menghargai orang lain. Apalagi jika balita dibiasakan mendapatkan keinginannya lewat berteriak dan mengamuk, maka saat itu orangtua sedang mendidiknya untuk menjadi seorang anak yang harus dipenuhi keinginannya. Bila tidak, dia akan mengamuk dan menggunakan kekerasan emosi untuk mendapatkan keinginannya.
Seperti kalimat berikut, "Ketika seorang anak melakukan kesalahan dan penyimpangan jangan serta merta disudutkan, tetapi lihatlah sejauh mana perhatian orang tuanya di dalam memberikan pendidikan."
Artikel untuk pribadi juga, aku juga masih belajar menjadi orang tua yang baik dan anakku sendiri belum menginjak remaja. Mungkin ada teman yang mau menambahkan, silakan tulis di kolom komentar.
Mudah-mudahan bermanfaat!
tags: menghadapi remaja, cara hadapi remaja, hal yang sering terjadi pada remaja, harapan orang tua pada anak.
Baca juga yang ini yuk!
Orang tua, guru pertama dan utama.
Makan bersama membuat keluarga lebih harmonis.
Kiat memahami anak.
Suka membantah misalnya. Biasanya sikap-sikap perlawanan tersebut mulai terlihat saat anak memasuki usia remaja. Remaja juga cenderung memiliki tingkah laku yang buruk dan berani melakukan pemberontakan kepada orangtua jika memiliki sesuatu keinginan yang tidak terpenuhi.
Masalah paling banyak yang dihadapi orangtua ketika si buah hati beranjak remaja adalah anak menjadi susah diatur dan selalu ingin memberontak. Bahkan, ada pula remaja yang bila tidak dituruti kemauannya, ulahnya jadi macam-macam.
Misalnya tidak sopan kepada orangtua, malas sekolah, diminta bantuan tidak mau membantu, paling parah adalah keluyuran sepanjang hari. Jika dinasihati, nasihat yang diberikan masuk telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Anak seperti ini tentu saja membuat bingung dan sedih kedua orangtua. Padahal, bagi orangtua, keberhasilan si remaja menjadi impian dan alangkah bahagianya jika mempunyai anak yang patuh, rajin, pandai, dan penurut.
Seorang psikolog anak menuturkan bahwa, "Masa remaja usia muda adalah usia paling rawan dalam kehidupan anak-anak. Salah mendidik, anak akan menjadi sosok yang angkuh, egois dan pemberontak."
Pada usia seperti ini, anak remaja sudah tentu tidak dapat dikerasi seperti dipukul atau dimarahi dengan kalimat kasar karena mereka akan melawan dan semakin menjadi-jadi. Tetapi, jika mereka dinasihati baik-baik pun tidak mau mendengar, malah jadi besar kepala.
Solusinya adalah mengetahui apa yang membuat mereka menjadi seperti itu. Karena biasanya, anak remaja usia muda sedikit tertutup kepada keluarga.
Masa remaja sebagai masa storm and stress, masa badai dan ketegangan, masa yang penuh pertentangan dan perlawanan, bertolak belakang dari masa kecil yang lebih aman dan lebih mudah diatur.
Anak remaja terkadang menjadi susah ditebak karena mereka selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya semata tanpa memikirkan dampaknya bagi orang di sekelilingnya.
Menurut penelitian, ternyata tidak semua remaja mengalami gejolak badai dan ketegangan, serta suka berontak. Ternyata jauh lebih banyak remaja yang dapat hidup damai dan merasa dekat dengan orangtua dan keluarganya. Hanya sekitar 15% yang mengalami kesukaran dalam penyesuaian diri.
Kebanyakan dari mereka yang mengalami kesulitan bersosialisasi karena sudah mempunyai kesulitan juga sebelumnya, seperti kesulitan pribadinya. Penyebab lain karena ada persoalan serius dalam keluarga dan lingkungan sosialnya. Dengan begitu, anak menjadi egois, pemberontak, dan selalu merasa orang lain tidak penting.
Permasalahan yang mencetus timbulnya pribadi seperti itu misalnya karena orangtua bercerai. Atau remaja mendapat lingkungan sosial yang tidak baik, misalnya terpaksa menjadi anggota geng yang hobi berkelahi atau mabuk-mabukan.
Tontonan TV yang sejak kecil sudah membanjiri mereka dengan agresivitas dan sikap arogan, juga ikut ambil bagian membentuk pribadi remaja. Permainan seperti Play Station dan sejenisnya yang sudah beredar dari dulu, juga ikut membentuk karakter anak menjadi anak-anak yang tertutup. Biasanya mereka tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Dr James Dobson dalam bukunya, Dare to Discipline, bahkan melihat lebih jauh lagi. Ia berpendapat kesukaran saat remaja adalah hasil didikan yang salah ketika remaja masih balita berumur antara 0-5 tahun.
Menurut dia, jika balita tidak pernah dilatih untuk menghargai orangtua dan belajar menolong, sukar diharapkan ia tumbuh jadi remaja ataupun orang dewasa yang sopan santun dan penolong.
Bahkan, bisa menjadi lebih buruk lagi, dia belajar untuk tidak menghargai orang lain. Apalagi jika balita dibiasakan mendapatkan keinginannya lewat berteriak dan mengamuk, maka saat itu orangtua sedang mendidiknya untuk menjadi seorang anak yang harus dipenuhi keinginannya. Bila tidak, dia akan mengamuk dan menggunakan kekerasan emosi untuk mendapatkan keinginannya.
Seperti kalimat berikut, "Ketika seorang anak melakukan kesalahan dan penyimpangan jangan serta merta disudutkan, tetapi lihatlah sejauh mana perhatian orang tuanya di dalam memberikan pendidikan."
Artikel untuk pribadi juga, aku juga masih belajar menjadi orang tua yang baik dan anakku sendiri belum menginjak remaja. Mungkin ada teman yang mau menambahkan, silakan tulis di kolom komentar.
Mudah-mudahan bermanfaat!
tags: menghadapi remaja, cara hadapi remaja, hal yang sering terjadi pada remaja, harapan orang tua pada anak.
Baca juga yang ini yuk!
Orang tua, guru pertama dan utama.
Makan bersama membuat keluarga lebih harmonis.
Kiat memahami anak.
Artikel disini selalu bagus dan berguna secara langsung! Saya sebagai orang tua terbantu sekali! Sukses buat anda!
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSangat bermanfaat.. buat bekal
ReplyDeleteTFS mba :)
memang susah menghadapi remaja..saya merasakan juga kemaren baru remaja..
ReplyDeleteharus dengan cara yang baik jika hendak menyampaiakan sesuatu kepada remaja.karena lagi masa2 pencarian jati diri..
ReplyDeletemakasih tipsnya sob. disimpan buat masa depan..(blm nikah soalnya)..
salam sobat
ReplyDeletebenar mba ,,anak2 zaman sekarang lebih cerdas daripada saya dahulu,,dan berani membantah kalau ngga suka...dengan berbagai alasan yg kuat.
trims sharingnya mba,,
Sharing yang sangat bermanfaat... thanks mbak...
ReplyDeleteterima kasih mbak narti atas sharingnya, sangat bermanfaat, salam sukses
ReplyDeleteBener banget mbak... pendekatan yang sangat baik... mengingat anak sekarang hidup di jaman modern dengan pergaulan yang semakin luas, kalau nggak gitu bisa2 orangtua yang kewalahan
ReplyDeleteNice artikel mbak :)
Sharing yang bagus nih...
ReplyDeleteHari gini deketin anak(remaja) dengan keras sama aja orang tua sedang menampung bara api di kepala...
Dekati dengan hati akan menciptakan suasana menjadi hangat dan tidak ada kekakuan.
Thanks a lot mbak for this post..
Mendidik anak bisa dikatakan gampang-gampang susah. Tapi tentunya hal ini tidak boleh mengabaikan metoda pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dan usia anak. Pendidikan hanya berupa doktrin semata hanyalah akan menghasilkan anak yang tidak memiliki kepribadian, atau bahkan justru malah lari jadi pemberontak.
ReplyDeletePendidikan yang baik adalah yang berlandaskan hati, cinta dan kasih sayang. Seorang orang tua harus mampu meraih hati anaknya terlebih dahulu, baru kemudian nilai-nilai kebajikan dapat ditanamkan.
masa-masa remaja saya.., justru kurang dekat dengan keluarga.., soalnya orang tua saya sibuk dengan urusan mereka masing-masing..,
ReplyDeletetapi entah mengapa.., saya tidak pernah membuat orang tua saya khawatir.., saya termasuk anak yang jarang membuat "rusuh".., walaupun perhatian yang diberikan kepada saya termasuk kurang..,
orangtua adalah pencipta keluarga yang bahagia, dan dari keluarga terciptalah masyarakat dari masyarakat sampai menjadi negara adalah bersumber dari keluarga dan masyarakat, sehingga apabila keluarga-keluarga yg ada didalam negara itu baik dan bahagia maka otomatis negara akan baik, jadi didiklah diri kita dan anak-anak kita supaya menjadi komponen utama negara yang baik dan bahagia........
ReplyDeleteto all, terima kasih masukannya. Banyak yang aku dapatkan dari masukan teman-teman untuk menghadapi anak-anak kedepannya nanti. Bisa dikatakan membimbing anak jangan terlalu kendor dan jangan terlalu ketat, atau sistem tarik ulur.
ReplyDeleteklo inget kelakuanku masa remaja dulu, bikin ketawa2 sendiri, kadang bikin jengkel. masa remaja emang masa yg aneh. mudah2an besok aku bisa mendidik anakku menjadi manusia yg berguna.
ReplyDelete@ j4j, blog Anda yang mana sih? cuma kelihatan blog yang Anda follow saja. Jadi tidak bisa berkunjung balik.
ReplyDeleteMakasih komentarnya.
hmmmm... begitu ya Mbak cara menanganinya...
ReplyDeletemakasih Mbak Nar udah berbagi, sangat bermanfaat ini untuk saya kelak.
mbak, orang tua saya selalu gak pham kepada saya. Dan mereka hanya menekankan saya untuk terus belajar dan beribadah, tanpa memberikan suatu kesenangan yang disenangi saya. seperti: saya ingin memasang internet di rumah. katanya hal itu dapat merusak moral, dan dapat menggangu pelajaran. apakah hal itu benar mbak.?
ReplyDeleteMemang harus dengan kelembutan cara mengajari remaja,, karena masa-masa seperti itu. remaja masih mencari jati diri mereka, dan masih sering labil dari segi Emosinya
ReplyDeletepostingnnya betul-betul bermanfaat, semoga blog ini terus berkarya dan berjaya!!
ReplyDeletekak, low berkenan follow balik ya!
Saya juga masih remaja dan ini menyadarkan saya...,
ReplyDeletejadi sebenarnya perlu rembugan atau komunikasi biar bisa merasakannya....
hehehe...
ReplyDeleteblognya lg direparasi.
yang susah menahan emosi kita ketika lihat si anak susah di nasehati, bawaannya bentak2 mulu.
ReplyDeletedari sini nih... jadi bisa belajar
karena aq sndiri juga masih remaja, artikel ini akan aq jdkan pgangan
ReplyDeleteJika Mr. Bean Jadi Presiden Indonesia
remaja jauh dari orang tua,remaja itu emosinya masih labil
ReplyDeleteArtikel yg menarik. Membuat saya selaku calon orang tua dari remaja bisa memetik hikmah.
ReplyDeleteThanks for sharing! :)
Asyik2 dpt ilmu baru dari mbak narti,btw bs buat pedoman bagi saya kelak klo punya anak remaja hehehe...:D
ReplyDeleteya bgitulah remaja..... saya juga remaja... :D
ReplyDeleteHmm... Dunia remaja, dunia yang penuh warna, tawa, canda & rasa
ReplyDeleteSebagai calon orang tua, pasti artikel ini sangat bermanfaat untuk menjadi guide for teach our child..thanks for share
ReplyDeleteitu semua bisa dipake sob..
ReplyDeletetinggal milih mau pake yg mana.
saya kasih 3 kotak komentar biar asyik aja (itu menurutku).
thanks yaa.....
artikelnya membumi, komunikatif dan sangat bermanfaat, terima-kasih sahabat sudah berbagi. Salam
ReplyDeletenam hosi 26-06-2012 02;22
ReplyDeletebetul banget terutama menghadapi pola pikiran dan tingkah lakunya.dan di utamakan adalah lingkungan cara berteman serta gaya prilakunya apalagi anak zaman sekarg sllu mengikuti tren dan sllu mencontek hal_hal yang negativ dan sudah 1005 zaman sekarg sudah mengikuti itu