Beberapa hari yang lalu, sepulang sekolah anakku memberikan kartu ucapan padaku. Ucapan apa? tidak ada hari istimewa, pikirku. "Happy mother's day, Ma". Menerima dan bingung sambil kubuka kartu yang diberikannya. "Kalau di Indonesia ada happy mother's day tidak, Ma?". "Kalau di Indonesia, namanya hari ibu, diperingati setiap tanggal 22 Desember. Ini yang suruh buat siapa?". "Teacher tadi di sekolah, semua buat juga, suruh ngasihin ke mama pas sampai di rumah". "Oh...makasih ya mas". (sering memanggilnya mas/kakak, agar si kecil ikut memanggilnya mas, bukan hanya nama).
Ini kartu happy mother's day-nya:
Meski bentuknya sederhana, tapi sisi kreatifnya yang lebih ditekankan oleh gurunya. Disini, setiap harinya anakku ke sekolah selalu membawa gunting dan lem (bukan hanya ketika ada pelajaran ketrampilan), selain alat tulis seperti buku, pencil, penggaris, penghapus tentu saja. Gunting dan lem digunakan untuk cut and paste, bukan hanya pada pelajaran ketrampilan saja.
Aku jadi teringat anak temanku, dia dilarang mamanya membawa gunting ke sekolah. Mamanya takut kalau tangannya terluka, berdarah dsb. Padahal gunting wajib dibawa setiap hari. Si anak kalau di kelas, ketika mau menggunting sesuatu pinjam dari gurunya. Anak ini sebenarnya sudah bilang ke mamanya, "Mama gimana sih, koq aku gak boleh bawa gunting, malu pinjam punya bu guru terus." Tapi mamanya tetap saja tidak mengijinkannya. Sampai si anak kelas 2 SD kejadian ini berlangsung. Setelah kelas 3 kayaknya baru diijinkan membawa gunting.
Kalau ada perkerjaan rumah (homework) ketrampilan, yang mengharuskan membuat sesuatu, memotong-motong kertas, mamanya yang buatin. Jangan dicontoh ya!
Jadi kasihan anaknya kan?
Hal di atas terlihat sepele, hanya soal gunting, tapi kasihan anaknya, kurang berkembang. Sisi kreatif anak dibatasi oleh mamanya. Ia tidak bisa menuangkan ide-ide yang ada di otaknya.
Kita sebaiknya jangan terlalu memproteks (membatasi) kepada anak, anak bisa diajarkan bagaimana memakai gunting yang baik agar tidak terluka. Langkah awal bisa diberikan gunting yang tidak terlalu tajam. Dan berikan gunting yang ujungnya tumpul.
Kita memberikan contoh, "Ni, lihat bunda cara mengguntingnya, bunda juga pelan-pelan agar tidak terkena guntingnya dan terluka. Sekarang adik gunting sendiri kertasnya, tapi hati-hati ya!"
Kalimat di atas jauh lebih baik daripada melarang anak, "Jangan menggunting sendiri, nanti bunda yang potongin, kalau terluka kan bahaya".
Mendengar kalimat yang ini, anak akan drop mentalnya, takut karena ucapan bundanya seperti itu. Kalau anak terluka, anak jadi tahu rasanya sakit dan lain hari pasti ia akan lebih berhati-hati lagi. Ini pelajaran yang penting. Bukankah kita belajar dari kesalahan yang pernah terjadi?
Ini kartu happy mother's day-nya:
Meski bentuknya sederhana, tapi sisi kreatifnya yang lebih ditekankan oleh gurunya. Disini, setiap harinya anakku ke sekolah selalu membawa gunting dan lem (bukan hanya ketika ada pelajaran ketrampilan), selain alat tulis seperti buku, pencil, penggaris, penghapus tentu saja. Gunting dan lem digunakan untuk cut and paste, bukan hanya pada pelajaran ketrampilan saja.
Aku jadi teringat anak temanku, dia dilarang mamanya membawa gunting ke sekolah. Mamanya takut kalau tangannya terluka, berdarah dsb. Padahal gunting wajib dibawa setiap hari. Si anak kalau di kelas, ketika mau menggunting sesuatu pinjam dari gurunya. Anak ini sebenarnya sudah bilang ke mamanya, "Mama gimana sih, koq aku gak boleh bawa gunting, malu pinjam punya bu guru terus." Tapi mamanya tetap saja tidak mengijinkannya. Sampai si anak kelas 2 SD kejadian ini berlangsung. Setelah kelas 3 kayaknya baru diijinkan membawa gunting.
Kalau ada perkerjaan rumah (homework) ketrampilan, yang mengharuskan membuat sesuatu, memotong-motong kertas, mamanya yang buatin. Jangan dicontoh ya!
Jadi kasihan anaknya kan?
Hal di atas terlihat sepele, hanya soal gunting, tapi kasihan anaknya, kurang berkembang. Sisi kreatif anak dibatasi oleh mamanya. Ia tidak bisa menuangkan ide-ide yang ada di otaknya.
Kita sebaiknya jangan terlalu memproteks (membatasi) kepada anak, anak bisa diajarkan bagaimana memakai gunting yang baik agar tidak terluka. Langkah awal bisa diberikan gunting yang tidak terlalu tajam. Dan berikan gunting yang ujungnya tumpul.
Kita memberikan contoh, "Ni, lihat bunda cara mengguntingnya, bunda juga pelan-pelan agar tidak terkena guntingnya dan terluka. Sekarang adik gunting sendiri kertasnya, tapi hati-hati ya!"
Kalimat di atas jauh lebih baik daripada melarang anak, "Jangan menggunting sendiri, nanti bunda yang potongin, kalau terluka kan bahaya".
Mendengar kalimat yang ini, anak akan drop mentalnya, takut karena ucapan bundanya seperti itu. Kalau anak terluka, anak jadi tahu rasanya sakit dan lain hari pasti ia akan lebih berhati-hati lagi. Ini pelajaran yang penting. Bukankah kita belajar dari kesalahan yang pernah terjadi?
terinspirasi dari film anak-anak
akhirnya anakku buat ini dari bekas kotak tissu, tutup botol dan kertas HVS.
Artikel di atas untuk anak usia sekitar 3 keatas. Sekarang anak kecil, usia prasekolah juga sudah pinter-pinter. Hal itu juga berlaku untuk alat lain, seperti pisau, jarum dll. Jadi intinya, jangan memproteks (membatasi) anak terlalu ketat, memberikan contoh jauh lebih baik daripada selalu melarang anak hingga anak kurang berkembang. Dukung imajinasi anak, kembangkan kreatifitasnya, ajarkan anak untuk mandiri.
Semoga bermanfaat!
Baca yang ini juga yuk:
ya bener bun terlalu protect terhadap anak juga bisa menghambat kreatifitas anak .. ehhehe sempet terjadi juga ma Farras .. alhamdulillah sudah menyadari kalo sekarang .. sayang kan menyia nyiakan periode emasnya .. :)
ReplyDeleteAyo nak, yang semangat!
ReplyDeletehihihii, kapan ya punya baby :D
setuju sama mbak Narti, hindari kata 'jangan' agar imajinasi anak juga nggak terbatasi. Saya sampe sekarang masih suka bawa gunting lho mbak di kotak pensil, eheheh
Setuju sekali. Para orang tua perlu mendukung kreatifitas anak, menghargai, dan mengembangkannya
ReplyDeleteSalam ukhuwah
@ Bunda Farras, syukurlah mba :)
ReplyDeleteSalam buat Farras cantik :)
@ Djangan Pakies, setuju Pak Ies. Dan anak akan bingung, melakukan ini jangan, melakukan itu jangan, aku harus bagaimana? mana yang boleh aku lakukan?
@ Ajeng Sari Rahayu, mba Ajeng kapan? hehe...
Makasih mba.
@ Beda, makasih.
bu sda,.
ReplyDeletehasil dr ank" keren jg yha bu.
mgkn ane ngk bs buat kyk gt..
(^^")
krm salam yha bu,.
ma ank" d sna.
saya suka bgt ma ank".
tp bkn pedofil lho.
ehehehehehe
wah,setuju banget bu,kalau dilarang-larang tar gak berkembang..,wah karyanya bagus-bagus,beda waktu ane kecil dulu,hehe
ReplyDeletewah, saya suka banget sama anak2 kreatif.
ReplyDeletesalam kenal=)
Kalo acara TV yang sering nayangin beginian biasanya Cbeebies yaa?.. lucu tuh acaranya.
ReplyDeleteSebetulnya untuk mendukung anak supaya menjadi kratif simple aja, berikan pujian atas apapun yang udah dilakukan. Kalo salah, cari sisi positifnya minimal puji usahanya dia terlebih dahulu.
membiarkan anak mencoba sendiri, hal yang baru, dan tetap didampingi juga akan membuat anak jadi lebih pede.
anaku belum lahir,
ReplyDeletekebayang kayaknya ngurus anak tu susah2 gampang ya mbak..
terlalu protektif kreativitas anak jadi terhambat
ga diproteksi ntar bisa jadi kenapa2.
memang gampang bilang "ya yang sedang2 aja" tapi ga tau batasan sedang itu sampai mana.
tapi aku yakin, setiap orang tua pasti nemukan jalanya sendiri dalam mengasuh anak seiring pertumbuhan anak
wah, hebat baget karya nya walaupun sederhana tapi menarik dan kreatif..
ReplyDeletesalut deh buat anag mbak narti.. :)
kalau saya justru lebih takut lihat anak kecil megang cutter... seram gitu
ReplyDeleteKreativitas memang harus dipupuk sejak dini. Kita harus mendukung mereka agar mereka dapat berkembang jadi anak yg kreatif dan inovatif.
ReplyDeletebetul...dukungan kita sangat diperlukan dalam perkembangan kreatifitas anak...jangan terlalu banyak dilarang ini dan itu...kalau takut terluka...harus kita bimbing dan di arahkan..
ReplyDeletesalam (papah 2 anak wanita :) )
Hayah ndak boleh bawa gunting karen khawatir tapi disekolah si anak minjem gunting juga, lha sama aja boong itu mah, mending juga didukung kreatifitasnya :P
ReplyDeleteuntung si Mbak ndak ikutan parno ya hhe..
Memang benar sis,,
ReplyDeleteKita tidak harus melarang anak buat mengembangkan kretifitasnya,asalkan orang tua memberikan pengertian kepada anak,bahwa harus berhati2 dalam melakukan sesuatu tanpa membuat si anak takut.
Berkaitan dengan dunia anak2 juga nih sis,SEMPOA BINTA mencari Mitra untuk buka cabang kursus disetiap kota/kabupaten seluruh indonesia,komitmen Fee hanya 2Jt.
untuk info lebih lanjut :
Call/SMS :081374800275
web : http://www.SEMPOABINTA.blogspot.com