Adakah diantara pembaca yang mempunyai anak yang susah diatur? Atau temannya si kecil mungkin. Bila diberi tahu, selalu saja menjawabnya.
Masa tumbuh-kembang anak merupakan masa krusial bagi orang tua. Salah mendidik atau menerapkan aturan, bisa-bisa anak malah selalu bertingkah tak baik.
Orangtua yang tak tegas biasanya akan tampak seperti orang yang super sabar. Namun, begitu kesabaran mereka habis, kemarahannya bisa meledak tak terhingga. Di sisi lain, ada pula orangtua yang bertipe "pemarah" dan menggunakan kemarahan mereka sebagai alat untuk mengontrol anak-anak mereka. "Kalau enggak diginiin, mereka enggak akal bisa disiplin," begitu kelit mereka.
Jadi, yang mana yang sebaiknya Anda pilih? Mungkin gabungan antara keduanya. Tegas namun lembut. Sulit ya jadi orang tua itu.
Nah, untuk menjadi orangtua yang tegas namun lembut, ada beberapa hal yang harus Anda ketahui:
1. Andalah Pemimpinnya
Sebuah keluarga tanpa pemimpin sama seperti satu batalion pasukan tanpa komandan. Coba tengok, siapa yang menjadi pemimpin di keluarga Anda. Jangan-jangan justru anak Anda. Anda selalu mejadi "bulan-bulanan" anak-anak Anda. Ingat, Anda punya hak untuk menjadi bos di rumah Anda. Anak-anak juga akan belajar dari cara Anda memimpin mereka. Dan jangan pernah memberikan permintaan yang sifatnya tentatif kepada anak-anak.
Misalnya seperti ini, "Mama pikir, kini saatnya mematikan teve dan kalian mandi." Bisa-bisa, Anda justru stres dibuatnya. Bersikap tegas lebih baik.
2. Beri Perintah Yang Jelas
Setiap pagi, Nina dibuat pusing oleh ulah anak-anaknya, Dhea dan Ryan. Selalu ribut setiap kali hendak berangkat ke sekolah, padahal Nina dan suaminya pun harus berkemas untuk pergi ke kantor. Sebetulnya, Dhea dan Ryan sudah cukup besar. Persoalannya, Nina punya masalah, selalu memberi perintah yang tak jelas kepada mereka. Kalimat yang ia ucapkan setiap pagi nyaris sama, "Ayo cepat mandi! Sarapan! Pakai sepatu! Nanti kalian telat, lho." Akibatnya, Dhea dan Ryan pun sering benar-benar telat.
Jadi, ketimbang memberi perintah yang tak jelas, berikan perintah yang tegas. Misalnya, "Cepat selesaikan sarapan kalian dan berangkat ke sekolah. Kalau kalian telat, kalian enggak boleh nonton teve nanti malam." Perintah yang didukung dengan "hukuman" merupakan cara paling efektif supaya anak mau bekerjasama.
3. Terlalu Kaku Tak Bagus
Seringkali, orangtua terlalu jauh memberikan hukuman dan menolak bekerjasama dengan anak-anak mereka. Padahal, seiring pertumbuhan anak, aturan sebaiknya disesuaikan pula dengan perkembangan pola pikir anak. Anak remaja mislanya, tentu tak bisa lagi diperintah seperti Nina memerintah Dhe dan Ryan. Jadi, bersikap fleksibel sesekali juga diperlukan.
4. Hindari Mengulang-ulang
Jika suatu perintah harus diulang-ulang, berarti perintah itu tak didengarkan. Begitu pula Anda dan anak-anak Anda. Jika Anda mengulang perintah Anda hingga dua kali, berarti tak ada kontak antara Anda dan anak Anda. Ya, banyak orangtua yang mengeluh "diacuhkan" oleh anak-anak mereka. Bagaimana perintah Anda akan didengar jika Anda cuma meneriakkannya dari kamar sebelah, sementara anak asyik berlarian di kamar sebelahnya. Bisa-bisa, suara Anda hanya menjadi suara latar permainan mereka.
Kiatnya, cobalah melakukan sesuatu yang menarik perhatian anak. Misalnya, matikan teve, pandang mata mereka, dan katakan dengan tegas apa yang Anda inginkan. Untuk meyakinkan bahwa mereka mendengar apa yang Anda perintahkan, ulangi kata-kata Anda. Jadi, untuk bertindak, Anda harus mendapat perhatian dulu.
5. Libatkan Anak
Apakah Anda membuat dan menerapkan peraturan tanpa pernah mau tahu apa yang sebetulnya diinginkan anak-anak Anda? Jika ini yang Anda lakukan, berarti Anda sudah melakukan kesalahan. Berkomunikasi adalah cara terbaik, termasuk dalam hal membuat peraturan. Ajaklah anak-anak duduk, dan buatlah daftar apa-apa yang harus mereka patuhi. Jangan lupa, masukkan daftar hukuman dan penghargaan yang akan mereka terima jika mereka mematuhi atau sebaliknya, mengabaikan aturan tersebut. Melibatkan anak dalam membuat keputusan akan membuat mereka "rela" terlibat di dalamnya.
6. Menghadapi Tukang Debat
Anakpun seringkali menjadi seorang pendebat tangguh. Disuruh mandi, mereka akan menjawab sekenanya, "Nanti dulu, ah. Kan, baru saja makan." Biasanya, perdebatan akan berakhir lama, dan orangtua berada di pihak yang kalah, meninggalkan si anak. Kuncinya, jangan menyerah. Tunggui si anak, sampai ia mau melakukan apa yang Anda minta. Ingat, jangan mau diajak "berdebat" oleh anak. Cara ini akan membuat anak tahu bahwa sang ibu betul-betul serius dengan permintaannya.
7. Jangan Selalu Melarang
Orangtua yang negatif selalu melarang anak-anak mereka melakukan ini-itu.
Misalnya, "Ayo, jangan meloncat-loncat di kursi!" Atau, "Jangan membuka-buka dompet Mama!" Atau, "Kamu memang nakal, Mama jadi pusing," sambil memukul si kecil.
Orang tua yang positif selalu mengarahkan anak agar menjadi baik, dengan memberi komentar yang sifatnya mengajak anak untuk bersikap baik.
Misalnya, "Sini, duduk sama Mama. Lihat tuh, di luar jendela ada banyak bunga, lho." Jadi, jika seorang anak bertingkah salah, jangan salahkan pribadi si anak. Yang harus diubah adalah sikapnya. Jangan lupa, lagi-lagi, beri anak pujian setiap kali berlaku baik, dan sebaliknya, beri anak hukuman jika ia bertingkah tak baik.
8. Satu Suara
Anda dan suami harus satu suara di depan anak. Jangan bertengkar mengenai aturan di depan anak-anak. Jika pun Anda berbeda pendapat, diskusikan itu di kamar, misalnya. Cara terbaik untuk menerapkan disiplin adalah dengan menjadi satu tim yang kompak. Dengan menawarkan pada anak disiplin yang tegas namun adil, anak pun akan merasa dan senang menjadi bagian dari tim.
Ini bukan hal mudah. Dalam prakteknya, kadang si ibu tegas dengan aturan yang sudah disepakati dengan suami, tapi di sisi lain si suami memberi kelonggaran kepada anak, dengan alasan kasihan.
Sumber: tabloid Nova (Narti edit sedikit)
Semoga bermanfaat!
Artikel serupa:
Tips/cara mengatasi anak yang suka berbicara jorok dan kasar.
Tips cerdas menjawab pertanyaan sulit si buah hati.
Tips/cara menenangkan anak yang merengek.
Tips/cara agar anak mau berbagi dengan orang lain.
Tips/cara mengatasi anak yang sedang bertengkar.
Tips/cara mengatasi anak yang takut gelap.
Masa tumbuh-kembang anak merupakan masa krusial bagi orang tua. Salah mendidik atau menerapkan aturan, bisa-bisa anak malah selalu bertingkah tak baik.
Orangtua yang tak tegas biasanya akan tampak seperti orang yang super sabar. Namun, begitu kesabaran mereka habis, kemarahannya bisa meledak tak terhingga. Di sisi lain, ada pula orangtua yang bertipe "pemarah" dan menggunakan kemarahan mereka sebagai alat untuk mengontrol anak-anak mereka. "Kalau enggak diginiin, mereka enggak akal bisa disiplin," begitu kelit mereka.
Jadi, yang mana yang sebaiknya Anda pilih? Mungkin gabungan antara keduanya. Tegas namun lembut. Sulit ya jadi orang tua itu.
Nah, untuk menjadi orangtua yang tegas namun lembut, ada beberapa hal yang harus Anda ketahui:
1. Andalah Pemimpinnya
Sebuah keluarga tanpa pemimpin sama seperti satu batalion pasukan tanpa komandan. Coba tengok, siapa yang menjadi pemimpin di keluarga Anda. Jangan-jangan justru anak Anda. Anda selalu mejadi "bulan-bulanan" anak-anak Anda. Ingat, Anda punya hak untuk menjadi bos di rumah Anda. Anak-anak juga akan belajar dari cara Anda memimpin mereka. Dan jangan pernah memberikan permintaan yang sifatnya tentatif kepada anak-anak.
Misalnya seperti ini, "Mama pikir, kini saatnya mematikan teve dan kalian mandi." Bisa-bisa, Anda justru stres dibuatnya. Bersikap tegas lebih baik.
2. Beri Perintah Yang Jelas
Setiap pagi, Nina dibuat pusing oleh ulah anak-anaknya, Dhea dan Ryan. Selalu ribut setiap kali hendak berangkat ke sekolah, padahal Nina dan suaminya pun harus berkemas untuk pergi ke kantor. Sebetulnya, Dhea dan Ryan sudah cukup besar. Persoalannya, Nina punya masalah, selalu memberi perintah yang tak jelas kepada mereka. Kalimat yang ia ucapkan setiap pagi nyaris sama, "Ayo cepat mandi! Sarapan! Pakai sepatu! Nanti kalian telat, lho." Akibatnya, Dhea dan Ryan pun sering benar-benar telat.
Jadi, ketimbang memberi perintah yang tak jelas, berikan perintah yang tegas. Misalnya, "Cepat selesaikan sarapan kalian dan berangkat ke sekolah. Kalau kalian telat, kalian enggak boleh nonton teve nanti malam." Perintah yang didukung dengan "hukuman" merupakan cara paling efektif supaya anak mau bekerjasama.
3. Terlalu Kaku Tak Bagus
Seringkali, orangtua terlalu jauh memberikan hukuman dan menolak bekerjasama dengan anak-anak mereka. Padahal, seiring pertumbuhan anak, aturan sebaiknya disesuaikan pula dengan perkembangan pola pikir anak. Anak remaja mislanya, tentu tak bisa lagi diperintah seperti Nina memerintah Dhe dan Ryan. Jadi, bersikap fleksibel sesekali juga diperlukan.
4. Hindari Mengulang-ulang
Jika suatu perintah harus diulang-ulang, berarti perintah itu tak didengarkan. Begitu pula Anda dan anak-anak Anda. Jika Anda mengulang perintah Anda hingga dua kali, berarti tak ada kontak antara Anda dan anak Anda. Ya, banyak orangtua yang mengeluh "diacuhkan" oleh anak-anak mereka. Bagaimana perintah Anda akan didengar jika Anda cuma meneriakkannya dari kamar sebelah, sementara anak asyik berlarian di kamar sebelahnya. Bisa-bisa, suara Anda hanya menjadi suara latar permainan mereka.
Kiatnya, cobalah melakukan sesuatu yang menarik perhatian anak. Misalnya, matikan teve, pandang mata mereka, dan katakan dengan tegas apa yang Anda inginkan. Untuk meyakinkan bahwa mereka mendengar apa yang Anda perintahkan, ulangi kata-kata Anda. Jadi, untuk bertindak, Anda harus mendapat perhatian dulu.
5. Libatkan Anak
Apakah Anda membuat dan menerapkan peraturan tanpa pernah mau tahu apa yang sebetulnya diinginkan anak-anak Anda? Jika ini yang Anda lakukan, berarti Anda sudah melakukan kesalahan. Berkomunikasi adalah cara terbaik, termasuk dalam hal membuat peraturan. Ajaklah anak-anak duduk, dan buatlah daftar apa-apa yang harus mereka patuhi. Jangan lupa, masukkan daftar hukuman dan penghargaan yang akan mereka terima jika mereka mematuhi atau sebaliknya, mengabaikan aturan tersebut. Melibatkan anak dalam membuat keputusan akan membuat mereka "rela" terlibat di dalamnya.
6. Menghadapi Tukang Debat
Anakpun seringkali menjadi seorang pendebat tangguh. Disuruh mandi, mereka akan menjawab sekenanya, "Nanti dulu, ah. Kan, baru saja makan." Biasanya, perdebatan akan berakhir lama, dan orangtua berada di pihak yang kalah, meninggalkan si anak. Kuncinya, jangan menyerah. Tunggui si anak, sampai ia mau melakukan apa yang Anda minta. Ingat, jangan mau diajak "berdebat" oleh anak. Cara ini akan membuat anak tahu bahwa sang ibu betul-betul serius dengan permintaannya.
7. Jangan Selalu Melarang
Orangtua yang negatif selalu melarang anak-anak mereka melakukan ini-itu.
Misalnya, "Ayo, jangan meloncat-loncat di kursi!" Atau, "Jangan membuka-buka dompet Mama!" Atau, "Kamu memang nakal, Mama jadi pusing," sambil memukul si kecil.
Orang tua yang positif selalu mengarahkan anak agar menjadi baik, dengan memberi komentar yang sifatnya mengajak anak untuk bersikap baik.
Misalnya, "Sini, duduk sama Mama. Lihat tuh, di luar jendela ada banyak bunga, lho." Jadi, jika seorang anak bertingkah salah, jangan salahkan pribadi si anak. Yang harus diubah adalah sikapnya. Jangan lupa, lagi-lagi, beri anak pujian setiap kali berlaku baik, dan sebaliknya, beri anak hukuman jika ia bertingkah tak baik.
8. Satu Suara
Anda dan suami harus satu suara di depan anak. Jangan bertengkar mengenai aturan di depan anak-anak. Jika pun Anda berbeda pendapat, diskusikan itu di kamar, misalnya. Cara terbaik untuk menerapkan disiplin adalah dengan menjadi satu tim yang kompak. Dengan menawarkan pada anak disiplin yang tegas namun adil, anak pun akan merasa dan senang menjadi bagian dari tim.
Ini bukan hal mudah. Dalam prakteknya, kadang si ibu tegas dengan aturan yang sudah disepakati dengan suami, tapi di sisi lain si suami memberi kelonggaran kepada anak, dengan alasan kasihan.
Sumber: tabloid Nova (Narti edit sedikit)
Semoga bermanfaat!
Artikel serupa:
Tips/cara mengatasi anak yang suka berbicara jorok dan kasar.
Tips cerdas menjawab pertanyaan sulit si buah hati.
Tips/cara menenangkan anak yang merengek.
Tips/cara agar anak mau berbagi dengan orang lain.
Tips/cara mengatasi anak yang sedang bertengkar.
Tips/cara mengatasi anak yang takut gelap.
@ Djangan Pakies, makasih masukannya Pak, kirain cuma aku yang ngerasa tidak sreg fontnya.
ReplyDeleteDari semuanya aku paling suka sama Point, jangan selalu melarang hhe... karena kebanyakan orang tuanya lebih suka melarang ketimbang membiarkan anaknya melakukan sesuatu... seenggaknya menurutku andai si anak salahpun dia juga pasti belajar kan dari salahnya itu, dan suatu saat tanpa perlu dilarangpun dia gak akan ngelakuin hal itu lagi :) kan anak2 paling gampang untuk belajar...
ReplyDeleteHappy Weekend Mbak...
mbaaaaaaaaakkkkkkkkkkkuuu!!
ReplyDeletetulis donk tanda-tanda melahirkan, banyak artikel di internet, tapi aku ga tau yang nulis artikel tu sapa, bisa aja bapak-bapak yang sok tau merasa pernah melahirkan :p
@ Ferdinand, makasih masukannya.
ReplyDelete@ Geafry Necolsen, hi2...
Artikelnya insya allah menyusul ya :)
bagus sekali postingannya :)
ReplyDeletepostingan yang baik mbak, lagi suka pusing ama anak2 yg mulai bisa membantah mbak, salam kenal ya
ReplyDeletesiap dopraktekan nih Bu...
ReplyDeletemakasih postingannya,perlu di coba nih...
ReplyDeletebagus...
ReplyDeletebagus...
ReplyDelete