Powered by Blogger.


Lima Cara Merangsang Anak Belajar

>> Monday 23 November 2009

Bagaimana anak-anak Anda belajar? Menunjukkan semangat/antusias atau malah sebaliknya?
Kadang kita melihat, ada sebagian anak tampak senang sekali dengan situasi sekolahnya. Anak-anak ini seakan memiliki otak seperti sebuah spons, menyerap apa saja yang terjadi di lingkungannya dengan antusias. Anak-anak seperti ini biasanya menunjukkan prestasi belajar yang baik nantinya.

Namun sebagian lain dari anak-anak tersebut tampak menunjukkan sikap negatif terhadap sekolah. Mereka tampak enggan melakukan berbagai kegiatan. Atau malah suka menyendiri daripada bergabung bersama teman-temannya. Jika demikian, bagaimana mengharapkan anak-anak ini berprestasi kelak? Mengapa hal ini terjadi mengingat kedua kelompok anak-anak ini memiliki kemampuan yang kurang lebih sama?

Yang sering terjadi kemudian, orang tua lalu menyalahkan guru dan sekolah karena rendahnya motivasi anak-anak mereka untuk belajar. Padahal, menurut Dr. Sylvia Rimm dalam bukunya Smart Parenting , How to Raise a Happy Achieving Child , orang tua memiliki pengaruh positif yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Tidak hanya ketika anak masih kecil, namun juga sepanjang hidupnya.

Berikut ini beberapa kiat/cara yang dapat diterapkan sejak dini untuk membantu meningkatkan keinginan si kecil belajar dan berprestasi di sekolahnya kelak. Tentu saja tidak dengan cara memaksa maupun menuntut, namun lebih pada berbagai arahan dan dukungan yang membuat anak merasa nyaman berkegiatan.

1. Menciptakan rutinitas

Rutinitas membantu anak mandiri menjalani hari-harinya. Bayangkan jika sejak si kecil bangun pagi hingga malam hari ketika hendak tidur tergantung pada orang-orang dewasa di sekitarnya untuk mengarahkannya dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain. Anak-anak ini akan memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, dan belajar bahwa orang lain akan selalu mengambil tanggung jawab dirinya. Dengan begitu, jangan heran, jika suatu saat Anda terganggu oleh ketergantungan anak pada Anda dalam menjalani berbagai aktivitas sehari-hari.

Karenanya, ciptakan rutinitas sejak dini dengan membiarkan si kecil melakukan sendiri kegiatan rutinnya. Buatlah jadwal rutinitas yang harus dilakukan anak. Misalnya, bangun tidur, diikuti dengan membersihkan tempat tidur, menggosok gigi lalu sarapan bersama-sama Anda. Jika si kecil belum bisa membaca jadwalnya, buatlah gambar aktivitasnya secara berurutan sehingga mudah dipahami dan diikutinya. Tentu saja penjadwalan rutinitas ini dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dan usia anak.

2. Pembiasaan belajar

Anak usia prasekolah memang belum memiliki beban akademis yang mengharuskannya belajar pada waktu-waktu tertentu di rumah. Namun tidak ada salahnya Anda membiasakan anak duduk di meja belajar yang disediakan baginya pada saat yang sama setiap harinya, dan untuk jangka waktu yang sama pula.

Pada saat itu ajaklah si kecil melihat-lihat buku ceritanya, atau menggambar kurang lebih selama beberapa menit. Misalnya, setiap sore jam 16.00, selama beberapa menit (lebih kurang 5 menit). Cara ini membuat anak terbiasa mengerjakan pekerjaannya di atas meja yang disediakan untuknya.

Ide untuk membiasakan si kecil duduk di meja belajarnya pada saat yang sama dan jangka waktu yang sama setiap harinya didapat dari seorang ahli ilmu faal bernama Ivan Pavlov . Pavlov menemukan hukum clasical conditioning, di mana jika ada dua stimuli dihubungkan, maka stimuli kedua akan menghasilkan respons yang sama dengan stimuli pertama.

3. Meningkatkan komunikasi

Komunikasi yang baik merupakan prioritas utama dari semua kebiasaan yang dapat meningkatkan keinginan anak berprestasi. Sementara, gaya hidup di perkotaan yang sibuk membuat waktu untuk berkomunikasi dengan anak sangat terbatas. Orang tua perlu menjadwalkan waktu khusus untuk bercakap-cakap dengan anak setiap hari. Misalnya saat minum teh di sore hari, atau makan malam bersama keluarga. Yang terpenting, matikan TV atau singkirkan hal-hal yang mungkin mengganggu komunikasi Anda dengan si kecil.

Mendengar adalah salah satu bagian penting dalam komunikasi. Jika orang tua terbiasa mendengar anaknya berbicara, maka anak juga akan mendengar jika Anda berbicara. Menurut Dr. Rimm, jika orang tua memiliki kebiasaan bercakap-cakap secara teratur setiap harinya, anak akan lebih terbuka kelak ketika memasuki usia remaja. Keadaan ini diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar pada anak kelak, karena keengganan anak untuk berprestasi ( underachievement ), biasanya merupakan efek lanjutan dari komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.

4. Bermain dan permainan

Bermain merupakan sarana utama bagi anak untuk belajar berbagai hal. Sedangkan permainan atau games biasanya merupakan latihan yang baik untuk menghadapi kompetisi yang sesungguhnya di dunia luar. Manfaat mainan dan permainan, antara lain, meningkatkan imajinasi dan pelampiasan emosi. Misalnya, dengan permainan boneka dan bermain peran. Selain itu, sambil bermain anak bisa belajar keterampilan spesial atau konsep angka. Misalnya, dengan bermain balok kartu atau puzzle .

Cobalah bersenang-senang bersama dengan menciptakan berbagai permainan dengan anak. Seimbangkan antara permainan di dalam rumah dan di luar rumah yang menghasilkan manfaat berbeda.

5. Menjadi model bagi anak

Anak akan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan Anda, orang tuanya, sebagai model yang patut diikuti. Namun, tentu saja si kecil hanya akan meniru perilaku yang terlihat olehnya. Ia tidak mungkin meniru perilaku gila kerja yang mungkin Anda miliki, misalnya, sebab ia tidak melihatnya langsung.

Karenanya, mengapa tidak menerangkan kepadanya apa yang Anda kerjakan di tempat bekerja? Daripada hanya mengeluhkan pekerjaan setiap Anda pulang bekerja, lebih baik Anda mulai menunjukkan pada si kecil bahwa Anda sangat menyukai apa pun yang Anda kerjakan. Karena, jika tidak, si kecil akan meniru perilaku Anda yang gemar mengeluhkan pekerjaan. Bukan tidak mungkin jika nantinya si kecil akan sering mengeluhkan pelajaran maupun guru-guru di sekolahnya jika Anda tidak segera mengubah sikap.



tags: orang tua sangat berpengaruh bagi pendidikan anak-anak, membuat jadwal untuk anak usia prasekolah, membuat jadwal dengan gambar, belajar rutin setiap hari, komunikasi dengan anak, orang tua mendengarkan cerita anaknya, menjalin komunikasi antara anak dan orang tua, bermain sambil belajar, manfaat bermain dan permainan, anak mencontoh perilaku orang tuanya, cara meningkatkan belajar anak.


Baca juga:
Membuat anak suka belajar.
Tanda-tanda anak yang mengalami kelelahan.
Mendeteksi kebencian anak pada guru.


39 comments:

rumah blogger 23 November 2009 at 07:34  

kadang kita sama anak2 terlalu lengah ya? sehingga anaknya jadi bandel dan susah diatur.

sabirinnet 23 November 2009 at 07:47  

prilaku orang tua adalah pelajaran keseharian anak, makanya kadang lampu harus dimatiin, heheheee.

thanx ni ilmunya, saya copas lagi nich

la ogi 23 November 2009 at 08:10  

mnatap ya......
syg aq belum punya nak....mama aja belum ada kok............

andi jie 23 November 2009 at 08:12  

mantap bro tipsnya..............

informasi peternakan ayam 23 November 2009 at 09:05  

terimakasih informasinya mba..
salam

Muchlisin 23 November 2009 at 10:35  

Penting dibaca orangtua dan perlu!

cah ndeso 23 November 2009 at 10:52  

Salam silaturahim dari Lereng Muria :D

Mohon bantuannya untuk memblokir sebuah blog pengundang kontroversi. Dan Matur Nuwun sebelumnya.

bayunature 23 November 2009 at 11:51  

Biasanya si anak mencontoh kebiasaan orang dewasa & penting tuk diarahkan. good info,

about information 23 November 2009 at 14:28  

info yg bagus buat perkembangan motivasi anak2...thx for sharing :)

Opung 23 November 2009 at 14:46  

terimakasih nih tips nya. Bisa saya praktekan juga buat keponakan saya.

Unknown 23 November 2009 at 22:35  

wah ..postingan bermanfaat nih buat orang tua biar anak nya punya motifasi belajar...

Saung Web 24 November 2009 at 01:43  

Wah yang point 5 itu bagus juga yah.. baru tahu nih.. makasih atas infonya .. persiapan buat si kecil hehe

afdil 24 November 2009 at 09:49  

Setuju juga, khususnya untuk point ke -5 (lima), karena anak akan meniru kebiasaan orang tua. jadi jangan terlalu berharap anak akan rajin belajar, jika orang tuanya saja malas belajar

MasWienNews.Com 24 November 2009 at 10:46  

Sebagai orang tua... saya sangat setuju. Sebab yang di lihat anak adalah orang tua, jika ngomong seenaknya juga anak akan menirukan... seperti anakku sekarang yang lagi belajar ngomong... klo pas ngga pake basa kromo ya ditirukan... dan diulang-ulang... Jadi sebagai orangtua.. harus hati-hati dalam memberikan pengetahuan terhadap anak...

safru 24 November 2009 at 12:19  

Infonya bermanfaat mbak thank's dah berbagi

Edwin's Personal Blog 25 November 2009 at 08:56  

Ya ya ya, anak saya sekarang sedang memasuki tahapan itu. Kita memang perlu punya cara yang tepat untuk memastikan perkembangan anak kita terarah. Trim infonya Mb Narti. Ini jadi masukan penting buat saya...

NURA 25 November 2009 at 10:25  

salam sobat
trims ilmunya mba,,
akan saya praktekkan ke anak-anak saya.
agar semangat belajarnya.

Rkeyla 26 November 2009 at 09:01  

ok banget mbak tipsnya sangat bermanfaat sekali
thank's yach

Blog Bisnisku 26 November 2009 at 12:09  

orang tua merupakan figur contoh terbaik bagi seorang anak dan saya setuju untuk itu...

freezipe 26 November 2009 at 14:51  

langkah yang bgus
http://freezipe.com/

Edwin's Personal Blog 27 November 2009 at 16:28  

Membiasakan anak belajar sangat penting. Sekarang anak saya mulai paham makna idul qurban :-)

javabis99 | Bisnis n Hobby Blog 28 November 2009 at 01:01  

makasih sharing ini ya kawan. salam blogger

yayat38 28 November 2009 at 04:28  

Saya setuju sekali tanpa pengecualian he he. Terutama komunikasi harus betul2 intensif dengan sang anak. Terima kasih Mbak.
Salam :)

narti 30 November 2009 at 09:40  

to all, terima kasih komentarnya.

Herdoni Wahyono 30 November 2009 at 11:08  

Tips yang sangat bermanfaat bagi bekal orang tua dalam mendidik buah hatinya untuk mengantar mereka ke masa depannya yang gemilang.

Unknown 2 December 2009 at 18:50  

datang n komen lagi..
tetap semangat...

Infos 9 December 2009 at 08:53  

Rutinitas membuat anak menjadi "terprogram", sehingga tidak "kacau"

afdil 10 December 2009 at 11:32  

meransang semangat belajar anak memang membutuhkan kerja keras guru dan orang tua. Yang kita lakukan adalah menanamkan di alam bawah sadar si anak bahwa pintar itu mengasyikkan dan bodoh itu memalukan, ditambah lagi dengan menciptakan suasana belajar dan menjaganya dari pergaulan tidak sehat

Meri Wardana 9 July 2011 at 13:15  

Bagus mih buat persiapan

Agen Xamthone Plus Tangerang 17 August 2011 at 12:41  

tips yang bagus sekali saya sangat setuju sekali,kasih pelajar dari kecil dari pada udah dewasa susah untuk mendidiknya.

Agen Xamthone Plus Jakarta 17 August 2011 at 12:42  

ibu sangat bijak sekali dalam ngasih sarannya,makasih sekali ya bu.

lenny 22 October 2011 at 19:52  

tolong dong sya minta tips untuk anak yang mempunyai kebiasaan buruk bermain game diinternet yg skrg ini lgi trend, justru dgn adanya game ini anak sya klo belajar, drmh/dskolah pgn cepet2 pulang lalu maen game,,,,

narti 25 October 2011 at 10:35  

@ lenny, baca artikelnya disini.

annisa aja,  31 October 2011 at 13:35  

mba,anakku kls 3sd.apapun pljarannya baik mengaji ato pun skolah,agak susah masuk ke pikirannya,itu knapa ya?mhon bantuannya...

narti 2 November 2011 at 08:15  

@ annisa aja, waduh kenapa ya mba?
Mungkin dia sulit berkonsentrasi? Mungkin saat pelajaran, tapi pikirannya kemana, inget rumah, pengen bermain, dll.
Coba diperhatikan, mungkin saat belajar ada benda-benda di dekatnya yang lebih menarik perhatian. Misal buku bergambar tokoh film kesukaannya, tempat pensil bergambar unik, atau yang lainnya. Untuk sementara benda-benda seperti itu bisa Anda singkirkan. Setelah selesai belajar, dia baru boleh main lagi.

Tapi anak memang berbeda-beda loh, misal beda kakak ma adik, dan itu hal wajar. Jangan dijadikan patokan anak harus begini, apalagi dibandingkan dengan saudaranya. Karena kemampuan tiap anak itu berbeda.
Yang ada, kita memberi bimbingan, pengarahan. Ada kalanya kita (orang tua) menjadi teman bagi anak, ada kalanya kita jadi tempat curhatnya, ada kalanya kita jadi orang tua.

Itu teori ya, dalam prakteknya tentu lebih susah. Atau mba Annisa bisa konsultasi ke psikolog anak.

annisa aja,  2 November 2011 at 09:03  

mba,makasih atas comment-nya,oh ya mba faktorketurunan jga ada pengaruhnya?nanya lgi...?abis jdi ada tempat curhat dan sharring ttg anak,skli lgi makasih ya mba..

narti 2 November 2011 at 09:24  

@ annisa aja, faktor keturunan bisa juga. Walau tidak semuanya benar. Misalnya dari atas ada garis keturunan begitu, tapi anak bisa diarahkan, dibimbing pelan2, dan itu bisa merubahnya.
Faktor gizi juga ngaruh kali Mba, meski anak sekarang juga tidak diragukan lagi asupan gizinya. Misal, anak yang mau minum susu dan anak yang tidak mau minum, mesti beda.
Dan faktor-faktor lain yang kemungkinan ada.

Iya mba, sama2 makasih juga.

shamila 6 March 2012 at 17:02  

sebenarnya anak saya pandai dan cerdik,tapi sejak akhir-akhir ini, pelajaran merosot.saya agak risau kan dia... terima kasih atas ilmu di blog ini............

Post a Comment

* Terima kasih sudah berkunjung ke seputarduniaanak.blogspot.com
* Maaf, komentar ditutup

  © Seputar Dunia Anak Since February 14, 2009

Privacy Policy | Back to TOP  

Please Visit Again!